Breaking News

Penyebab Rusia Serang Ukraina

Gerbangindonesia.com , UKRAINA – Penyebab Rusia Serang Ukraina.

Rusia akhirnya melakukan serangan militer besar-besaran ke Ukraina, Kamis (24/2/2022).

Pekan lalu, tanda-tanda serangan militer digaungkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

Dia meminta warga Ukraina untuk mengibarkan bendera negara dari gedung-gedung dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serentak pada Rabu (16/2/2022) pekan lalu.

Hari ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan nomor kota hadiah di Ukraina.

Suara sirene di beberapa kota termasuk ibu kota Kiev terdengar meraung-raung.

Ledakan keras dari senjata militer Rusia melumpuhkan banyak instalasi militer Ukraina.

Penyebab Rusia Serang Ukraina

Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di stasiun metro di Kyiv. Kamis, (24 Februari 2022). Serangan itu terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada hari Kamis dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya sedang melakukan “invasi skala penuh”. (Daniel LEAL / AFP) (AFP / DANIEL LEAL)

Baca juga:  Siswa Merencanakan Tawuran Diamankan di Polsek Batujaya

Data sementara 8 warga Ukraina meninggal. Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah dan jumlah orang yang mengungsi.

Jadi apa akar masalah antara Rusia dan Ukraina?

Apa yang menyebabkan Rusia menyerang Ukraina?

Berikut ulasannya

Seperti diketahui, daerah yang sekarang disebut Ukraina, Rusia, dan Belarusia adalah bagian dari Rus Kiev.

Kievan Rus adalah negara adidaya abad pertengahan yang berpusat di tepi sungai Dnieper, hampir 1.200 tahun yang lalu.

Namun, Rusia dan Ukraina memiliki bahasa, sejarah, dan politik yang berbeda.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah “satu”, bagian dari “peradaban Rusia” yang juga mencakup negara tetangga Belarusia.

Sementara itu, Ukraina menolak klaim Putin.

Ukraina mengalami dua revolusi pada tahun 2005 dan 2014.

Mereka menolak supremasi Rusia.

Ukraina malah mencari cara untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau North Atlantic Treaty Organization.

Putin sangat marah tentang kemungkinan pangkalan NATO di perbatasannya jika Ukraina bergabung dengan aliansi itu.

Karena NATO adalah aliansi militer yang didirikan oleh persaingan blok Barat dengan Uni Soviet dan aliansi pasca-Perang Dunia II.

Baca juga:  Amukan Si Jago Merah Hanguskan 11 Kost di Oeba

Anggota NATO diisi dengan sekutu Amerika seperti Inggris.

Konflik Rusia-Ukraina 2014

Konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2014.

Saat itu, Ukraina menggulingkan presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych.

Penggulingan Yanukovych menyebabkan konflik di pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.

Putin juga menggunakan kekuasaannya untuk mencaplok Krimea dan mendukung pemberontakan separatis atau pendukung Rusia di provinsi Donetsk dan Luhansk.

Campur tangan Rusia dalam urusan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.

Posisi geopolitik Krimea ingin memanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruhnya di Eropa Timur dan Timur Tengah.

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berubah menjadi perang terpanas di Eropa.

Dan telah menjadi lebih dari 13.000 orang dan jutaan orang mengungsi.

Selama konflik dan Ukraina pada 2014, militer Ukraina kekurangan perlengkapan dan demoralisasi, pemberontak memiliki “konsultan” dan Rusia.

Namun dalam konflik Rusia-Ukraina saat ini, Ukraina secara militer jauh lebih kuat dan para sukarelawan yang membantu membebaskan para separatis siap melakukannya lagi.

Baca juga:  Ratusan Warga Madina Mengungsi Akibat Banjir

Ukraina membeli atau menerima bantuan lanjutan dari Barat dan Turki, termasuk rudal Javelin yang terbukti mematikan bagi tank-tank separatis.

Serta drone Bayraktar yang memainkan peran kunci dalam perang tahun lalu antara Azerbaijan dan Armenia.

Sementara itu, Ukraina telah mendorong pengembangan domestik dan produksi senjata yang beberapa di antaranya sama efektifnya dengan Barat.

Dimensi ekonomi dari konflik antara Rusia dan Ukraina

Terlepas dari alasan ideologis dan politik, ada dimensi ekonomi dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

Putin telah mati-matian memaksa Ukraina untuk menjadi anggota blok perdagangan bebas, Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) yang didominasi Rusia.

Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) mengecualikan beberapa bekas Republik Soviet dan secara luas dipandang sebagai langkah pertama menuju reinkarnasi Uni Soviet.

Dengan populasi 43 juta dan hasil pertanian dan industri yang kuat, Ukraina seharusnya menjadi bagian terpenting dari EAEC setelah Rusia, tetapi Ukraina menolak untuk bergabung.

Merujuk pada model teori ekonomi Paul Krugman, untuk menciptakan pasar swasembada, seseorang membutuhkan populasi sekitar 250 juta.

Dengan demikian, Ukraina dan Uzbekistan (dengan populasi 34 juta) perlu dimasukkan dalam “reinkarnasi Uni Soviet”.

Itu sebabnya ada perang geo-politik permanen

Check Also

Sopir Angkot Kembali Berulah di Kota Medan

Reporter: Rudi Hartono Medan | Gerbang Indonesia – Seorang supir Angkutan kota (Angkot) kembali berulah …